Kondisi pengelolaan sampah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami tekanan besar sejak ditutupnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan secara permanen. Dengan tak lagi berfungsinya TPA tersebut, masyarakat Sleman dituntut untuk mengelola sampah secara mandiri atau membangun fasilitas pembuangan sementara. Di sisi lain, masih banyak masyarakat yang masih membuang sampah secara liar yang justru memperburuk isu lingkungan. Padahal, pengelolaan sampah yang tepat dapat menjadi solusi dalam mengatasi krisis sampah. Sisa-sisa makanan maupun sampah rumah tangga merupakan jenis sampah yang paling mendominasi. Oleh karena itu, upaya pengelolaan perlu dimulai dari sumbernya—yakni di tingkat rumah tangga.
Berangkat dari permasalahan di atas, mahasiswa Gizi Universitas Gadjah Mada berinisiatif dalam menyelenggarakan pelatihan pembuatan ember tumpuk. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa merupakan salah satu kegiatan dalam mengimplementasikan disiplin ilmu gizi yang telah diperoleh semasa kuliah. Pemilihan ember tumpuk sebagai metode pengomposan karena mudah dilakukan dalam lingkup rumah tangga serta hasil kompos yang diperoleh berlimpah, yaitu kompos berupa padatan dan cairan sehingga tidak terdapat sampah yang terbuang secara masif.
Kegiatan pelatihan pembuatan pupuk tersebut merupakan salah satu subkegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa Gizi UGM dalam Implementasi Program Gizi (IPG) bertajuk “Pawon Resik: Ora Sisa, Ora Boros”. Pelatihan tersebut telah berlangsung pada Sabtu, 12 April 2025 yang berlokasi di Lahan Kelompok Wanita Tani (KWT) Larasati, Padukuhan Nogosaren, Kelurahan Nogotirto, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Pelatihan ini mendapatkan antusiasme yang tinggi dari ibu-ibu warga RT 05, 06, dan 07 Padukuhan Nogosaren. Pelatihan ini bertujuan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat setempat dalam memanfaatkan sampah sisa makanan menjadi bentuk yang dapat bernilai jual tinggi.
Tim mahasiswa bekerja sama dengan Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM dalam proses observasi berbagai metode pengolahan sampah serta Training of Trainer (ToT) sebelum terjun langsung ke masyarakat. Selama pelatihan, masyarakat diperkenalkan secara umum terkait pengomposan ember tumpuk, jenis sampah yang baik dalam memaksimalkan proses fermentasi dan dekomposisi sampah, serta pelatihan secara langsung oleh sasaran. Pada akhir kegiatan, tim mahasiswa memberikan satu set ember tumpuk sehingga pelatihan tersebut dapat langsung diterapkan oleh masyarakat.
Melalui kegiatan ini, Tim Mahasiswa “Pawon Resik” ingin menanamkan pemahaman bahwa pengelolaan sampah bukanlah beban, melainkan peluang untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan produktif. Diharapkan bahwa teknologi sederhana seperti ember tumpuk dapat diadopsi sebagai solusi yang mudah diakses di tingkat rumah tangga, sekaligus menumbuhkan sikap tanggung jawab dan kesadaran terhadap lingkungan. Inisiatif ini juga sejalan dengan Sustainable Development Goals/SDGs, khususnya SDG 11 tentang Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan serta SDG 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab. Melalui pengelolaan sampah rumah tangga, masyarakat turut berkontribusi dalam menciptakan permukiman yang lebih ramah bagi manusia serta mendorong pola konsumsi yang lebih bertanggung jawab dan minim limbah.
Kontributor: Imam Bilhuda, Shahnaz Raishaffi Kinanti, Rania Windradi Sunarso
SDGs: 11. Sustainable Cities and Communities; 12. Responsible Consumption and Production