Bertepatan dengan Hari Gizi Nasional ke-62 pada tanggal 25 Januari 2022, Departemen Gizi Kesehatan FK-KMK UGM menyelenggarakan pelantikan Dietisien Baru periode II yang diikuti oleh peserta pendidikan Profesi Dietisien batch ke-3. Pengalaman bekerja bersama dan mendapatkan mentoring ahli gizi profesional telah diperoleh selama satu tahun menempuh pendidikan profesi. Kesan-kesan mengenai ahli gizi yang bertugas pun direfleksikan oleh beberapa dietisien muda:
“Profesi gizi merupakan profesi yang termasuk dalam bidang pelayanan masyarakat sehingga seorang ahli gizi merupakan seseorang yang mengabdikan diri dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan derajat
kesehatan masyarakat, mencerdaskan bangsa, dan mengembangkan ilmu gizi, serta meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat. Dalam menjalankan profesi ahli gizi, terdapat etika profesi yang merupakan tuntunan perilaku profesional seorang tenaga gizi dalam melakukan pelayanan gizi sesuai dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh dari pendidikan formal dan nonformal. Tidak menutup kemungkinan terdapat permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kode etik di lapangan, baik disebabkan dilema etik maupun adanya konflik kepentingan. Salah satu masalah etik profesi yang mungkin terjadi adalah mempromosikan produk makanan tertentu dengan tidak mengindahkan peraturan perundang-undangan yang dapat menyesatkan masyarakat atau menyebabkan salah interpretasi. Contohnya adalah penggunaan susu formula untuk bayi yang baru dilahirkan di rumah sakit. Semua ibu yang melahirkan di tempat saya praktik disarankan untuk langsung menyusui bayinya. Ketika terdapat kendala yang menyebabkan ibu tidak bisa menyusui, ibu akan diberikan informed consent terlebih dahulu terkait pemberian susu formula pada bayi.”
“Di rumah sakit tempat saya mengikuti rotasi, penggunaan produk enteral komersial disesuaikan dengan kebutuhan pasien, sehingga ahli gizi akan memilih menggunakan enteral dari bahan alami non komersial apabila pasien belum membutuhkan produk enteral komersial. Hal ini tetap diterap
kan sehingga tidak terpengaruh penawaran dari sales produk enteral komersial. Pasien yang sudah cukup diberi enteral non susu tidak dipaksa harus memberikan enteral komersial di rumah, bahkan diberikan edukasi cara pembuatan enteral non susu. Dengan begitu, pasien tidak terbebani dengan biaya enteral komersial yang lebih mahal daripada enteral buatan sendiri. Selain itu, pemilihan jenis merek susu enteral juga didasarkan pada kualitasnya, bukan karena adanya kerjasama dengan salah satu merek tertentu.”
“Kewajiban seorang ahli gizi salah satunya adalah menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar. Dalam menjalankan peran sebagai ahli gizi, terkadang terdapat tradisi-tradisi di institusi yang sudah berlangsung lama dan sulit diubah meskipun hal tersebut tidak sesuai standar. Petugas lain yang bekerja lebih lama dibandingkan ahli gizi terkadang menimbulkan rasa sungkan bagi ahli gizi untuk menegur atau menguba
h tradisi yang sudah lama dijalankan. Salah satu tradisi yang berlangsung lama di instalasi gizi adalah mengolah makan pagi untuk pasien pada sore hari di hari sebelumnya, kemudian akan dipanaskan kembali ketika hendak dilakukan pemorsian. Padahal, makan pagi seharusnya dimasak pada pagi hari tepat sebelum diporsikan dan didistribusikan. Satu uraian tugas ahli gizi yaitu menyelia sistem penyelenggaraan makanan serta wewenangnya untuk mengemukakan pendapat demi kemajuan instalasi gizi. Sehingga, apabila ahli gizi merasa kegiatan tersebut tidak sesuai dengan peraturan dan standar operasional yang ditetapkan oleh rumah sakit, ia berhak untuk menyampaikan pendapat serta melakukan perbaikan prosedur dalam jadwal pengolahan makanan pasien.”
“Kegiatan pemorsian diet di rumah sakit dilakuk
an oleh tenaga pramusaji dengan pengawasan ahli gizi sesuai dengan standar diet dan standar porsi yang telah ditetapkan. Dalam praktiknya, pemorsian makanan pokok bagi pasien anak-anak disamaratakan dengan pasien dewasa sehingga tentu tidak sesuai dengan kebutuhan pasien dan menyebabkan permasalahan monitoring asupan gizi berdasarkan standar diet rumah sakit (kemungkinan timbulnya sisa makanan pasien yang tinggi karena porsi yang terlalu besar). Ahli gizi sudah mengupayakan untuk menyediakan alat pemorsian khusus untuk pasien anak tetapi tidak bisa selalu memonitor jalannya pemorsian makanan pasien karena keterbatasan waktu dan tenaga yang dimiliki. Hal tersebut menjadi dilema karena di satu sisi ahli gizi harus memberikan layanan sesuai dengan prinsip keilmuan. Namun, di sisi lain ahli gizi juga harus mempertimbangkan untuk memberikan pengertian yang sebaik-baiknya kepada tenaga di lapangan tanpa membuat karyawan tersebut merasa tidak nyaman dalam melaksanakan tugasnya.”
“Jam makan siang selalu menjadi momen menarik untuk mengamati ahli gizi di rumah sakit. Setelah berotasi di beberapa rumah sakit, saya menyadari bahwa ahli gizi sangat menghargai jam makan siang. Tidak seperti profesi lain yang mungkin melanjutkan pekerjaan saat jam makan atau menunda makan, sebagian besar ahli gizi menggunakan jam tersebut untuk makan secara teratur. Mahasiswa praktik juga didorong untuk menggunakan jam istirahat siang tersebut untuk makan. Akan tetapi, menurut pengamatan saya, masih belum semua ahli gizi menerapkan apa yang mereka ajarkan kepada pasien, misalnya masih ada ahli gizi yang makan tanpa sayur atau kurang menyukai buah untuk selingan. Saya dapat membayangkan ketika klien atau masyarakat melihat bahwa ahli gizi yang mengedukasi mereka benar-benar menjalankan perilaku gizi yang diajarkan, hal t
ersebut dapat menjadi suatu motivasi besar dan membuktikan bahwa pedoman yang diedukasikan bukan hanya awang-awang yang bersifat idealis saja tetapi dapat diterapkan secara nyata.”
(Narasumber opini: Elwina Meylentia Halim, S.Gz, Dietisien; Farah Aulia Rahma, S.Gz, Dietisien; Inas Nur Hafizhah, S.Gz, Dietisien; Latifah Mahdiyati, S.Gz, Dietisien dan Yusnia Pradhitya Wardhani, S.Gz, Dietisien)
Selamat Hari Gizi Nasional yang ke-62 dan Selamat atas Pelantikan Dietisien Baru Program Studi Profesi Dietisien Departemen Gizi Kesehatan FK-KMK UGM!