Provinsi DIY menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang menghadapi banyak hambatan dalam pengelolaan sampah. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan menjadi sentral pembuangan sampah akhir dari tiga kabupaten/kota: Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. Akibatnya, terjadi tumpukan sampah sebanyak 900-ton yang tidak terolah, yang berdampak pada pencemaran udara dan air di sekitar TPST Piyungan, serta penumpukan sampah di hampir seluruh rumah tangga.
Saat ini, limbah organik, khususnya limbah organik segar seperti kulit, biji, sisa buah, sayuran, atau makanan segar lainnya yang belum tercampur bumbu dapur, dapat difermentasi menjadi garbage enzyme. Garbage enzyme ini adalah hasil fermentasi limbah organik segar yang dicampur dengan molase (sari gula tebu, gula merah, atau gula aren) dan air, kemudian disimpan selama tiga bulan pada suhu ruang (Sukrianto et al., 2023). Hasil fermentasi ini dapat dimanfaatkan sebagai pestisida alami, penambah nutrisi tanaman yang dicampurkan ke dalam air irigasi, cairan pembersih udara (air freshener/purifier), serta cairan pembersih lantai (Sukrianto et al., 2023).
Dalam menanggapi isu tersebut, tim pengabdian kepada masyarakat dari Departemen Gizi Kesehatan menyelenggarakan kegiatan edukatif pada bulan September 2024 di Kapanewon Moyudan, Sleman, tepatnya di Dusun Malangan, Sumberagung. Tim Abdimas ini diketuai oleh Farah Faza, S.Gz., M.Gizi, dan didukung oleh anggota lainnya seperti Aviria Ermamilia, S.Gz, M.Gizi, RD, Thalia Naziha, STP, M.Sc, MBA, Dr. Artnice Mega Fathima, S.Si., M.Eng., serta staf tenaga kependidikan dan alumni lainnya. Lokasi ini dipilih karena kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) telah dilaksanakan secara berkesinambungan di wilayah tersebut pada tahun 2021 dan 2022.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada 14 September 2024 berupa pelatihan pengolahan sisa makanan menjadi eco enzyme. Inovasi ini bertujuan untuk mengubah sisa makanan menjadi produk serbaguna yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan rumah tangga. Pelatihan ini mendukung pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam aspek kesehatan, pengelolaan sampah, dan pelestarian ekosistem darat, sesuai dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) 12, yaitu Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab, serta SDGs 13, yaitu Penanganan Perubahan Iklim.
Kegiatan diawali dengan pemaparan materi tentang konsep eco-enzyme dan manfaatnya bagi lingkungan, diikuti oleh sesi praktik pembuatan eco enzyme yang didampingi oleh Komunitas Eco Enzyme Nusantara Sleman. Di akhir sesi, peserta yang aktif berpartisipasi diberikan doorprize sebagai bentuk apresiasi. Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, tim berharap dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
(Kontributor: Fina Cahya Hasanah Hartopo/Editor: Farah Faza)
Tags:
Eco-enzyme; Komunitas Eco-enzyme Nusantara; Food Waste; Limbah Makanan; SDG; SDG 12; SDG 12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab; SDG 12 Responsible Consumption and Production; SDG 13; SDG 13 Penanganan Perubahan Iklim; SDG 13 Climate Action.
Referensi:
- Sukrianto, Tanjung, D. D., Haryanto, L. I., Ernyasih, Muthi, S., Rajabi, M. Y., & Ardiansyah, R. (2023). Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga untuk Pembuatan Eco-Enzyme Aromatik dan Pemanfaatannya di Desa Waru kec. Parung kab. Bogor. Prosiding Seminar Nasional LPPM UMJ, 1–10. http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaskat
- Widhyharto, D. S., Wardhana, E. W., & Setyawan, S. F. (2023). Mengubah Kelemahan Menjadi Kekuatan: Memantik Kepekaan dan Budaya Baru Pengelolaan Sampah Kaum Muda. Jurnal Pengabdian, Riset, Kreativitas, Inovasi, Dan Teknologi Tepat Guna, 1(2), 55–62. https://doi.org/10.22146/parikesit.v1i2.9612